Pernah aku berkata pada matahari,
merindunya dikala senja berganti fajar.
Pernah aku berteriak pada awan,
perasaan apa yang telah menghujam benakku, sunyi, getir, namun tersurat.
Pernah aku berbisik pada bulan,
dimanakah dirinya, yang pernah mengalunkan nada-nada indah, terdengar merdu, namun perih.

Berhenti.
Aku berhenti mencari.
Titik kelemahan dalam dirinya.

Berlari.
Aku mulai berlari, bodoh.
Hembusan angin, seolah menertawakanku.
Apa yang ku cari?
Dirinya?
Atau sekedar, tatapan matanya?
Agar tetap membuatku berdiri, diatas kakiku sendiri.

Hening.
Terpaku menyaksikan semesta, menari riang di hadapanku, menyisakan tetesan lembut menyapa pelupuk mataku.

Disanalah ia.
Tersenyum.
Kehangatan yang selama ini ku cari, telah kembali.
Memori ini sungguh payah.
Tidak.
Ia tak akan kembali, meskipun melingkarkan tangannya, membelai lembut mahkotaku.
Tenanglah disana, kamu yang pernah kunanti.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Gestur vs Kata

Miracle In Cell No. 7